KISTA MANDIBULA DAN TUMOR ODONTOGENIK
PENDAHULUAN
Lesi radiolusen yang multipel atau lesi campuran radiolusen/radiopak pada mandibula dapat muncul sebagai suatu temuan yang tidak disengaja pada radiograf atau sebagai keluhan utama dari pasien. Artikel ini tidak dimaksudkan menjadi suatu diskusi yang mencakup secara keseluruhan dari beberapa lesi, tetapi dibatasi pada suatu rangkuman kista odontogenik yang utama dan tumor dengan suatu diskusi singkat dari lesi mandibula lainnya yang seringkali disebut kista tetapi bukan lesi kista yang sebenarnya.Meskipun seringkali tampak dalam gambaran radiografi yang serupa, tumor ganas (primer dan metastase), tumor salivari yang jinak, dan lesi vaskular tidak dibahas disini. Bagaimanapun, beberapa lesi sebaiknya dimasukkan kedalam diagnosa yang berbeda pada seorang pasien yang memperlihatkan adanya radiolusensi mandibula dan pembengkakan. Sebagai kesimpulan, sebelum biopsi beberapa lesi, daerah tersebut harus diaspirasi untuk mengeluakannya dari diagnosa sebagai suatu lesi vaskular.
KISTA MANDIBULA ODONTOGENIK
Kista odontogenik didefinisikan sebagai suatu struktur dengan garis epitelial yang diperoleh dari epitel odontogenik. Kebanyakan kista odontogenik didefinisikan lebih berdasarkan pada lokasinya dibandingkan pada karakteristik histologinya. Maka, ahli bedah harus memberikan kepada ahli patologis suatu riwayat dan gambaran radiograf yang tepat ketika mengajukan contoh specimen untuk diuji.
Kista periapikal
Suatu kista periapikal (radikuler) merupakan kista odontogenik yang paling umum. Etiologi umumnya adalah sebuah gigi yang menjadi terinfeksi, memicu nekrosis pulpa. Toksin keluar dari akar gigi, memicu inflamasi periapikal. Inflamasi ini merangsang sisa epitel Malassez yang ditemukan dalam ligament periodontal, menghasilkan pembentukan granuloma periapikal yang bias jadi menginfeksi ataupun steril. Secepatnya, epitelium ini berlanjut menjadi nekrosis disebabkan oleh berkurangnya asupan darah, dan granuloma berkembang menjadi kista. Lesi umumnya tidak dapat terdeteksi secara klinis jika masih kecil tetapi paling sering ditemukan sebagai suatu temuan yang insidental atau tidak disengaja pada pemeriksaan radiografi.
Secara radiografi, perbedaan antara suatu granuloma dan kista adalah tidak mungkin, meskipun beberapa orang mengatakan bahwa jika lesi yang sangat besar lebih dicurigai menjadi kista. Keduanya muncul dengan gambaran lesi radiolusen dalam hubungannya dengan akar gigi nonvital. Adakalanya. Lesi ini dapat menjadi sangat besar karena mereka tumbuh sebagai respon terhadap tekanan. Bagaimanapun, granuloma dan kista bukanlah suatu neoplastik.
Secara makroskopik, epitelium merupakan suatu epitelium skuamos stratified nondeskrip tanpa pembentukan keratin. Perubahan peradangan dapat diamati pada dinding kista, dan perubahan ini, pada gilirannya dapat menyebabkan perubahan epitelial (misalnya; ulserasi, atropi, dan hyperplasia). Terutama lesi yang terkena inflamasi, dapat muncul celah kolesterol dan/atau makrofage berbusa.
Beberapa pilihan perawatan yang ada untuk beberapa kista. Kebanyakan kista dapat diatasi dengan terapi endodontik dari gigi yang terlibat. Lesi-lesi ini harus pantau secara radiografi untuk memastikan pemecahannya. Lesi yang gagal untuk diatasi dengan beberapa terapi harus diangkat melalui pembedahan dan diperiksa secara histopatologi. Meskipun kista ini terbentuk dari suatu sisa epitel yang matang dan memiliki potensi yang relatif untuk bertumbuh, kadang-kadang suatu karsinoma sel skuamos dapat muncul de novo dalam suatu kista radikuler, oleh karena itu dianjurkann untuk pemeriksaan histopatologi ari semua jaringan yang diangkat.
Kista dentigerous
Kista odontogenik paling sering kedua adalah kista dentigerous, yang berkembang dalam folikel dental yang normal dan mengelilingi gigi yang tidak erupsi. Kista dentigerous diperkirakan tidak menjadi neoplastik. Lebih sering ditemukan dalam daerah dimana terdapat gigi yang tidak erupsi, yaitu gigi molar ketiga rahang bawah, molar ketiga rahang atas dan kaninus rahang atas dengan penurunan frekuensi mulai dari molar ketiga rahang bawah hingga kaninus rahang atas. Kista ini dapat tumbuh sangat besar dan dapat menggerakkan gigi, tetapi, lebih umumnya, kista ini relatif kecil. Kebanyakan kista dentigerus tidak memberikan gejala, dan penemuannya biasanya meerupakan suatu temuan insidental pada gambaran radiografi.
Penampakan radiografi biasanya adalah suatu lesi radiolusen yang terdermakasi dengan baik menyerang pada sudut akut dari daerah serfikal suatu gigi yang tidak erupsi. Tepi lesi dapat radiopak. Perbedaan gambaran radiografi antara kista dentigerous dan folikel dental normal selalu didasarkan pada ukurannya.
Bagaimanapun, secara histologi, suatu perbedaan selain dari ukurannya telah ditemukan. Folikel gigi secara normal dibatasi oleh berkurangya epitel enamel, jika kista dentigerous dibatasi oleh suatu epitelium skuamos stratified tidak terkeratinisasi. Kalsifikasi distropik dan suatu kelompok sel mukous dapat ditemukan dalam kista.
Kista dentigerous berkembang dari epitel folikular dan epitelium folikular memiliki suatu potensi yang besar untuk bertumbuh, berdiferensiasi dan berdegenerasi dibandingkan dengan epitrlium dari kista radikuler. Kadangkala, lesi yang lebih merugikan lainnya muncul dalam dinding kista dentigerous, termasuk karsinoma epidermoid yang muncul dari sel mukosa didalam dinding kista, ameloblastoma (lihat tumor odontogenik; 17% ameloblastoma muncul dalam sebuah kista dentigerous), dan karsinoma sel skuamous. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, kista dentigerous juga dapat menjadi sangat besar dan dapat memberikan risiko fraktur rahang patologis kepada pasien.
Temuan ini berisikan paling banyak alasan medis untuk pengangkatan gigi molar ketiga yang impaksi dengan radiolusensi perikoronal, bagaimanapun, gigi yang impaksi dengan radiolusensi perikoronal yang kecil (dengan kesan adanya folikel gigi yang normal dibandingkan kista dentigerous) juga dapat diamati dengan pemeriksaan radiografi secara berseri. Peningkatan ukuran lesi harus dilakukan pengangkatan dan pemeriksaan histopatologi yang tepat. Beberapa lesi yang tampak lebih besar dibandingkan folikel gigi normal mengindikasikan pengangkatan dan pemeriksaan histopatologi.
Kista primordial
Sesuai dengan definisinya, kista primordial tumbuh sebagai pengganti gigi. Kiranya, bentuk folikel gigi dan sesudah itu berlanjut menjadi degenerasi kista bahkan tanpa odontogenesis yang sempurna. Hal ini merupakan kista odontogenik yang jarang, dan bakal lesi sebagai kista primordial dapat menandakan kista residual. Histologi dari lesi ini merupakan epitelium skuamous stratified nondeskrip. Riwayat gigi yang lengkap penting untuk menetapkan diagnosa kista primordial (dibandingkan kista residual), meskipun beberapa diagnosa sering memiliki makna klinis yang kecil dalam hubungannya dengan perencanaan perawatan dan pembuatan keputusan.
Kista residual
Kista residual adalah istilah yang sesuai karena tidak ada gigi yang tertinggal dimana dapat mengidentifikasikan lesi. Paling umum, hal ini merupakan sisa dari kista periapikal dari gigi yng telah dicabut. Histologinya merupakan epitelium skuamous stratified nondeskrip.
Kista periodontal lateral
Nama kista periodontal lateral merupakan suatu istilah yang tidak cocok. Kista ini bukan merupakan peradangan, kista ini tidak muncul dari periodontitis dan bukan suatu fenomena yang dihubungkan dengan saluran lateral dalam struktur gigi. Kista ini selalu terdermakasi dengan baik, relatif kecil, dan radiolusen (kadang-kadang dengan akar yang radiopak). Lesi ini umumnya dihubungkan dengan daerah premolar dan molar dan kadang ditemukan pada daerah anterior rahang atas. Kista ini biasanya tidak tampak secara klinis tetapi terdeteksi pada pemeriksaan radiografi. Kista ini memiliki suatu histologi yang berbeda teriri dari dinding kista noninflamasi fibrous yang tebal, dan batas epitelium terbuat dari sel kubus yang tipis. Tepi ini tidak sempurna dan mudah terkelupas dengan gambaran penebalan sel bersih pada interval berkala. Kista ini tumbuh dari lamina gigi postfungsional dan tidak ada penjelasan yang baik diketahui untuk lokalisasi yang ditunjukkan.
Kista gingiva dari neonatal
Kista gingiva pada neonatal umumnya terjadi secara multipel tetapi kadang-kadang terjadi sebagai nodul yang soliter. Kista ini bertempat pada ridge alveolar pada neonatal atau bayi muda. Struktur ini berawal dari sisa lamina gigi dan terletak dalam corium dibawah permukaan epitelium. Kadang-kadang, kista ini dapat menjadi cukup besar sehingga dapat tercatat secara klinis sebagai pembengkakan berwarna putih yang terpisah pada ridge. Kista ini umumnya tidak bergejala dan tidak menimbulkan rasa tidak nyaman bagi bayi.
Nodul Bohn dan mutiara Epstein (Epstein pearl) adalah dua jenis lesi yang mirip dengan kista gingiva yang kadang-kadang membingungkan, bagaimanapun, lokasi dan etiologi dari lesi ini agak berbeda. Epstein pearl adalah nodul kistik yang berisi keratin yang ditemukan sepanjang raphe midpalatina dan sedikit berasal dari sisa epitelial yang terjerat sepanjang garis peleburan. Nodul Bohn adalah kista berisi keratin yang menyebar pada seluruh palatum, tetapi kista ini umumnya tampak pada hubungan antara palatum keras dan palatum lunak. Kista ini sepertinya berasal dari struktur glandula salivary palatal.
Secara histologi, kista gingiva pada neonatal adalah kista sejati dengan suatu tepi epitelial yang tipis. Lumen biasanya terisi dengan keratin tetapi dapat terdiri dari beberapa sel radang, kalsifikasi distropik, dan hyaline body, seperti yang umumnya ditemukan pada kista dentigerous.
Tidak ada perawatan yang diperlukan untuk lesi ini, yang mana biasanya lenyap dengan pembukaan ke permukaan mukosa atau melalui gangguan erupsi gigi. Kista ini seperti kebanyakan yang dijelaskan dalam literatur lama sebagai geligi predesidui.
Kista gingiva pada orang dewasa
Kista gingiva pada orang dewasa hanya ditemukan pada jaringan lunak pada daerah premolar bawah. Kista ini muncul sebagai lesi yang meregang, fluktuan, vesikular dan berbentuk bulla. Secara histologi, kista ini terlihat seperti kista periodontal lateral, dan kista ini kemungkinan memiliki gambaran lesi yang sama jika ditemukan pada jaringan lunak.
Keratosis odontogenik
Keratosis odontgenik (OKC) adalah kista odontogenik yang paling penting. Kista ini dapat memiliki beberapa gambaran klinis; memiliki penampakan yang sangat besar, dan diagnosanya adalah dengan pemeriksaan histologi. Lesi ini berbeda dari kista lainnya; kista ini agresif dan dapat menjadi sulit untuk diangkat. Keratosis odontogenik dapat tumbuh sangat cepat, dan seringkali rekuren. Kista ini merupakan kista odontogenik terbanyak ketiga dan termasuk dalam diagnosa banding beberapa radiolusensi pada rahang. Meskipun 40% dari OKC ini tampak berhubungan dengan dentigerous, 9% kista dentigerous adalah OKC jika dilakukan pemeriksaan histologi. Kista ini juga ditemukan sebagai bagian dari sindrom nevus sel basal (basal cell nevus syndrome), yang juga diketahui sebagai sindrom Gorlin (lihat Basal cell nevus syndrome)
Secara histologi, kista ini terbentuk dengan suatu epitelium skuamous stratified yang memproduksi ortokeratin (10%), parakeratin (83%), atau kedua jenis keratin (7%). Garis epitelial menunjukkan gambaran yang berombak-ombak jika dilihat dibawah mikroskop. Ditemukan suatu lapisan basal hiperkromatik yang terpolarisasi dengan baik, dan sel-sel tersebut menyisakan basaloid hampir ke permukaan. Tidak ditemukan adanya ridge yang terselubung, oleh karena itu, epitelium seringkali terkelupas dari jaringan penghubung (94% dari waktunya). Epitelium ini tipis, dan sering ditemukan adanya aktivitas mitotik, oleh karena itu, OKC tumbuh dalam cara neoplastik dan bukan sebagai respon terhadap tekanan dari dalam. Lumen sering diisi dengan bahan seperti keju yang berbau busuk yang bukan merupakan pus tetapi melainkan kumpulan keratin yang terdegenerasi.
Lesi bertumbuh dalam cara multilocular bosselate dengan anak kista yang meluas kesekeliling tulang. Karena hubungannya tersebut, kecenderungan untuk rekuren menjadi tinggi, khususnya jika perawatan bedah yang asli tidak menghasilkan pengangkatan lesi secara menyeluruh. Enukleasi dengan ostektomi peripheral dan/atau cryosurgery merupakan bentuk perawatan yang paling umum. Follow-up radiografi jangka panjang sangat perlu untuk dilakukan. Jika lesi ini dibiarkan tanpa perawatan, lesi ini dapat menjadi sangat besar dan merusak secara lokal.
Jenis OKC yang berbeda yaitu yang hanya memproduksi ortokeratin memiliki aktifitas yang berbeda dibandingkan dengan jenis OKC lainnya. Kista ini hampir selalu ditemukan sehubungan dengan dentigerous, biasanya mengelilingi molar ketiga rahang bawah, dan biasanya kurang agresif dibandingkan jenis lainnya. Jenis ini tidak memiliki lapisan basal hiperkromatik, nyatanya, lapisan basalnya rata. Jenis ini tidak dihubungkan dengan sindrom nevus sel basal.
Sindrom nevus sel basal
Gejalanya sangat kompleks termasuk hypertelorisme, midface hypoplasia, relatif frontal bossing dan prognatisme, retardasi mental, schizophrenia, karsinoma sel basal yang multipel, kalsifikasi dari falx serebri, bifid rib, telapak tangan yang berbintik-bintik (bintik-bintik tersebut kemudian berkembang menjadi karsinoma sel basal), dan OKC yang multipel. OKC multipel merupakan diagnosa untuk sindrom nevus sel basal sampai terbukti jika tidak. Hal ini merupakan penyakit herediter dengan autosomal dominan yang diwariskan dan penetrasi yang tinggi. Pada pasien dengan OKC, 5% memiliki sindrom nevus sel basal. Identifikasi dini pada pasien ini dan lesinya merupakan kunci untuk meningkatkan ketahanan jangka panjang dan memperbaiki kualitas hidupnya.
KISTA MANDIBULA NON ODONTOGENIK
Kista tulang Stafne
Kista tulang Stafne (Stafne bone cyst) adalah bentuk yang tidak lazim dari kelainan pada jaringan glandula salivarius dimana suatu perkembangan termasuk jaringan glandula ditemukan didalamnya atau lebih umumya, berdekatan dengan permukaan lingual rahang bawah dalam tekanan yang dalam dan berbatas jelas. Penjelasan tertua mengenai terjadinya fenomena ini adalah dalam suatu tengkorak yang tercatat pada abad 6 hingga 4 Sebelum Masehi. Fenomena ini pertama kali dikenali oleh Stafne pada tahun 1942, sehingga dinamakan seperti namanya. Bagaimanapun, kista ini telah ditunjukkan dengan berbagai nama, seperti kavitas tulang static, defek manibula, kavitas tulang mandibula bagian lingual, kista tulang static, kista ulang laten, dan defek tulang Stafne. Insiden terjadinya telah dilaporkan berkisar pada 0,1% sampai 1,3% dalam berbagai penelitian. Kesepakatan secara umum adalah bahwa kista ini merupakan defek kongenital, tetapi hal ini jarang ditemukan pada anak-anak. Lesi ini secara umum lebih dianggap merupakan suatu proses pertumbuhan dibandingkan defek patologis. Tampak suatu kecenderungan yang lebih besar pada laki-laki dibandingkan pada perempuan.
Secara radiografi, lesi umumnya tampak sebagai suatu radiolusensi yang berbentuk oval dan berlokasi diantara saluran alveolar inferior dan tepi inferior dari mandibula pada regio molar ketiga dan kedua. Kista ini dapat dibedakan dari kista tulang hemoragik atau traumatik, yang lokasinya hampir hanya terdapat pada saluran alveolar superior hingga inferior saja.
Meskipun kista Stafne klasik yang dijelaskan dalam mandibula posterior, terdapat suatu jenis pada anterior yang tampak sebagai suatu radiolusensi yang bulat atau oval pada daerah diantara insisivus sentral dan premolar pertama, tetapi hal ini kurang lazim.
Lesi ini secara umum menunjukkan anomali pertumbuhan yang jinak dan tidak membutuhkan perawatan apapun. Suatu komplikasi jarang dilaporkan dalam literatur yang merupakan pertumbuhan dari neoplasma sejati glandula salivary dalam jaringan yang dihubungkan dengan satu dari defek kortikal. Untuk itu, kita harus bijaksana dalam pencatatan temuan lesi ini dan observasi secara berkala pada gambaran radiografi. Perubahan klinis atau radiografik dapat mengindikasikan dibutuhkannya penyelidikan yang lebih lanjut.
Kista tulang traumatik
Kista tulang traumatik juga dikenal sebagai kista tulang soliter, kista hemoragik, kista ekstravasasi, kista tulang unicameral, kista tulang sederhana, dan kavitas tulang idiopatik.
Kista tulang traumatik secara relatif merupakan lesi yang sering terdapat pada rahang dan bagian lain dari tulang. Etiologi khusus dari lesi ini tidak diketahui, meskipun telah diajukan beberapa mekanisme. Mekanisme yang paling diterima secara luas adalah lesi ini berasal dari perdarahan intramedulari yang disebabkan oleh trauma. Dalam kasus ini, kegagalan pembentukan bekuan darah terjadi dilanjutkan dengan degenerasi berikutnya dari bekuan tersebut, akhirnya menyebabkan suatu kavitas tulang yang kosong. Drainase vena yang terbatas menyebabkan peningkatan edema, yang mana pada gilirannya menyebabkan resorpsi yang berlanjut pada trabekula dan terjadi perluasan lesi. Perluasan lesi cenderung berhenti jika telah mencapai tulang kortikal, oleh karena itu lesi ini tidak dicirikan dengan adanya perluasan kearah kortikal. Selain daripada itu, kista ini biasanya ditemukan secara insidental pada gambaran radiografi yang diambil untuk tujuan lainnya. Bagaimanapun, tidak umum bagi pasien jika tidak mampu untuk mengingat adanya trauma yang terjadi pada rahangnya.
Lesi ini umumnya ditemukan pada orang yang lebih muda (umur median: 18 tahun), rasio insiden pada laki-laki dibandingkan perempuan adalah 3:2. Lesi ini kadangkala dilaporkan terjadi pada rahang atas tetapi jauh lebih lazim terjadi di rahang bawah. Jika kavitas dibuka dengan pembedahan, lesi ini umumnya kosong atau terisi dengan cairan berwarna kekuning-kuningan dalam jumlah yang sedikit. Adanya bekuan nekrotik dan pecahan fibrous jaringan penghubung telah dilaporkan kurang lazim terjadi. Secara histologi, kista ini dapat memiliki tepi membran jaringan penghubung yang tipis atau tanpa tepi sama sekali.
Secara radiografik, lesi ini cenderung tampak sebagai suatu radiolusensi dengan garis batas yang halus yang berlekuk-lekuk mengelilingi akar gigi. Lesi ini tidak merubah letak gigi atau mengganggu gigi, dan lamina dura dibiarkan tetap intak. Lesi ini dapat berukuran mulai dari sangat kecil (<1 cm) hinnga sangat besar (melibatkan sebagian besar mandibula). Lesi ini cenderung terjadi diatas kanal alveolaris inferior.
Lesi ini biasanya diperiksa memalui pembedahan untuk menegakkan diagnosa, yang mana pembedahan ini dibuat berdasarkan adanya temuan kavitas yang kosong. Tidak dibutuhkan perawatan selanjutnya karena pembedahan menyebabkan kavitas terisi dengan darah. Jaringan lunak tertutup, dan lesi cenderung untuk sembuh tanpa intervensi lebih lanjut. Suatu keadaan ekstrim yang jarang terjadi pada beberapa lesi yang menyerang pasien lebih tua menandakan bahwa lesi ini mungkin memiliki keterbatasan sendiri dan/atau subjek untuk resolusi seiring waktu.
Defek sumsum tulang osteoporotik fokal
Sumsum tulang dapat dirangsang dalam merespon permintaan yang tidak lazim terhadap peningkatan produksi sel darah. Sumsum hiperplastik ini dapat muncul sebagai sumber radiolusensi dalam rahang. Lesi pada rahang, 75% dilaporkan terjadi pada pasien perempuan dan 85% dari lesi rahang ini ditemukan di rahang bawah. Lesi tersebut hampir selalu tidak bergejala dan ditemukan secara insidental pada gambaran radiografi yang diambil untuk indikasi lain.
Secara radiografi, lesi ini muncul sebagai radiolusensi yang tidak jelas dengan ukuran yang beragam, lebih umum ditemukan pada daerah edentulous. Hal ini menggambarkan dalam beberapa kasus, lesi tersebut melambangkan kegagalan regenerasi tulang yang normal setelah ekstraksi gigi. Secara histologi, jaringan pada daerah ini utamanya tersusun atas sumsum merah, sumsum kuning, atau kombinasi keduanya dengan trabekula tipis yang tidak teratur dan panjang yang hilang pada lapisan osteoblastik.
Gambaran radiografik lesi ini tidak pathognomonic, oleh karena itu, lesi ini biasanya didiagnosa melalui pembedahan. Sekali didiagnosa, lesi ini selanjutnya tidak membutuhkan perawatan khusus, meskipun demikian, jika etiologi untuk peningkatan kebutuhan hematopotik tidak diketahui, maka dibutuhkan suatu penyelidikan lebih lanjut.
Kista tulang aneurismal
Pada tahun 1942, Jaffe dan Lichenststein pertama kali mengelompokkan kista tulang aneurismal sebagai suatu lesi yang berbeda, hal ini bukan merupakan kista atau aneurismal (pembengkakan pembuluh darah). Hal ini tidak dilaporkan terdapat pada rahang hingga tahun 1958, dan meskipun demikian banyak teori yang menjelaskannya, tetapi etiologi dan patogonesisnya masih belum diketahui. Mekanisme pembentukan kista tulang anerismal mencakup perubahan hemodinamik lokal yang menyebabkan tidak terisinya vena secara penuh, resorpsi, dan pemindahan dengan jaringan penghubung dan osteoid; usaha yang sia-sia pada perbaikan hematoma (contohnya; apa yang terjai pada giant cell granuloma); pembentukan mikrokista secara sekunder ke edema seluler yang berhubungan dengan lesi lainnya. Seringkali, tetapi tidak selalu, lesi ini tampak berhubungan dengan lesi tulang yang lain, seperti kista berbentuk tunggal, kista dentigerous, osteoklastoma, central giant cell tumor, fibrous displasia, dan osteosarkoma.
Kista tulang aneurismal telah diteliti pada setiap bagian tulang, meskipun demikian lebih dari 50% lesi terjadi pada tulang panjang dan kolumna vertebrata. Kista ini terjadi pada rahang manusia dalam seluruh kelompok usia, tetapi lebih sering terjadi pada pasien yang berusia muda dan pada pasien perempuan. Kista tulang aneurismal lebih sering terjai pada mandibula dibandingkan maksila. Kista ini dapat menyebabkan gigi berpindah tempat tetapi tidak menyebabkan resorbsi gigi, dan secara umum tidak terapat ganguan sensoris. Gambaran radiografi seringkali dijelaskan sebagai kistik, sarang lebah, atau busa sabun dengan perluasan yang eksentrik. Tulang kortikal dapat menipis atau rusak, dan dapat terjadi adanya reaksi periosteal.
Secara histologi, kista tulang aneurismal memperlihatkan suatu stroma jaringan penghubung yang fibrous dengan ruang yang berbentuk sinus atau cavernosa yang berisi darah. Terdapat fibroblast muda dalam seluruh stroma, dan sel raksasa berinti banyak yang menyebar pada seluruh lesi. Tanpa ruang cavernosa, lesi ini akan tampak hampir seperti central giant cell granuloma.
Perawatan untuk kista tulang aneurismal membutuhkan pengangkatan secara menyeluruh, pengangkatan yang menyeluruh pada lesi dengan kuretase yang agresif merupakan cara perawatan yang paling umum. Pembukaan yang tepat untuk memudahkan perawatan ini diperlukan karena lesi ini dapat terjadi perdarahan secara berlebihan, dan seiring waktu tetapi pengangkatan lesi akan membantu penurunan kehilangan darah. Kegagalan pengangkatan secara menyeluruh pada seluruh bekas lesi akan menyebabkan risiko rekuren secara bermakna (21-59%). Usulan untuk dilakukannya pencangkokan tulang pada defek terjadi adalah bervariasi berdasarkan keadaan klinis yang tersisa setelah pengangkatan lesi. Beberapa penulis merekomendasikan eksisi dengan cryosurgery untuk lesi yang rekuren, sedangkan penulis lainnya menganjurkan eksisi blok atau reseksi disertai rekonstruksi. Pada waktu lampau, radiasi diajukan sebagai perawatan untuk lesi ini, tetapi radiasi dapat gagal untuk menghentikan lesi ini dan, lebih pentingnya lagi, dapat menghasilkan perubahan sarkomatous.
ODONTOGENESIS
Tumor odontogenik merupakan gambaran gangguan atau reaktivasi jaringan yang terlibat dalam urutan odontogenesis yang normal. Neoplasma alami merupakan terjadi pada tahap perkembangan yang terhenti. Suatu laporan ringkas tentang odontogenesis sangat membantu dalam pemahaman akam patogenesa dan kebiasaan dari tumor odontogenik.
Pada minggu keenam dari kehamilan, odontogeneis dimulai dengan proliferasi pada daerah tertentu dari ektoderma rongga mulut untuk membentuk lamina dentalis. Pada setiap lokasi dimana gigi akan terbentuk, suatu pertumbuhan yang menurun dari lamina dentalis membentuk awal dari organ enamel. Secara bersamaan, organ enamel, papilla dental dan sakus dental merupakan struktur formatif untuk keseluruhan gigi dan struktur pendukung. Lamina dentalis yang awalnya berhubungan dengan organ enamel hingga ke epitelium rongga mulut, akhirnya terpisah, pemisahan ini membentuk benih gigi dari epitelium rongga mulut.
Masing-masing tahapan dalam perkembangan gigi dihubungkan dengan kejadian tertentu yang akan dijelaskan dibawah ini. Gangguan dalam urutan ini dapat mengakibatkan terbentuknya tumor odontogenik.
• Bud stege: awal dan pembentukan dari enamel organ
• Cap stage: terjadi proliferasi. Pertumbuhan yang tidak seimbang akan mendorong terjadinya bentuk yang khas. Sel tepi berbentuk kuboidal dan dimasukkan sebagai epitelium enamel luar (outer enamel epitelium/OEE), dan sel dalam kecekungan merupakan sel kolumnar yang tinggi dimasukkan sebagai epitelium dental dalam (inner dental epitelium). Pada waktu yang sama, sel poligonal antara epitel enamel dalam dan luar mulai terpisah dan membentuk jaringan selular yang lembut yang dikenal sebagai reticulum steleata (stellate reticulum/SR), rongga yang terisi dengan cairan mucus. Secara histologi, bahan ini menyerupai jeli Wharton. Proliferasi dari komponen epitelial hanya dijelaskan menyebabkan kondensasi ektomesenkim yang tidak tertutup dan pembentukan dental papilla. Sel dari dental papilla akhirnya membentuk pulpa dan dentin gigi. Dengan cara yang sama, kondensasi dari ektomesenkim disekeliling enamel organ mendorong terbentuknya saccus dentalis. Sel dari saccus dentalis akhirnya membentuk sementum dan ligament periodontal.
• Bell stage: terjadi histodiferensiasi (secara dini) dan morfodiferensiasi (terlambat). Enamel organ sekarang menjadi suatu bentuk bel yang memanjang dan memiliki 4 jenis sel epitelial yang berbeda-inner enamel epitelium (IEE), stratum intermedium, reticulum stelata, dan outer enamel epitelium (OEE).
○ IEE membentuk dan mempengaruhi sel yang berdekatan dari papilla dental untuk berdiferensiasi ke dalam odontoblas yang membentuk dentin. Dentin pada gilirannya mempengaruhi IEE untuk nerdiferensiasi ke dalam ameloblast yang mana meletakkan matriks enamel berlawanan dengan dentin. Induksi timbale balik ini sangat penting dalam pembentukan gigi.
○ stratum intermedium terdiri atas sedikit lapisan sel skuamous diantara IEE dan SR. lapisan ini tampaknya sangat penting untuk pembentukan enamel karena stratum intermedium ini tidak terdapat pada bagian benih gigi pada daerah tepi luar dari gigi yang tidak beremail.
○ perluasan SR oleh peningkatan jumlah cairan intraseluler. SR ini menjadi kolaps sebelum pembentukan email, meninggalkan ameloblast lebih dekat dengan kapiler nutrisi yang berdekatan dengan OEE.
○ OEE yang terbentuk halus menjadi terbungkus dalam lipatan yang dekat dengan mesenkim saccus dentalis membentuk papilla dengan pembuluh kapiler untuk menyediakan suplai nutrisi bagi aktivitas metabolic pada enamel organ yang tidak memiliki vaskuler. Enamel organ juga membentuk epitelial Hertwig pada selubung akar, yang menentukan bentuk akar dan mengaktivasi pembentukan dentin pada akar.
• Aposisi: deposisi matriks dari struktur gigi yang keras terjadi kemudian. Struktur ini kemudian mulai mengalami kalsifikasi, erupsi dan etrisi seiring waktu.
TUMOR ODONTOGENIK
Ameloblastoma
Ameloblastoma (lihat gambar 1-3) seluruhnya adalah tumor epitelial yang muncul dari lamina dentalis, berkas Hertwig, enamel organ, atau lapisan folikel dentalis/kista dentigerous. Ameloblastoma erupakan tumor odontogenik epitelial yang paling umum. Ameloblastoma biasanya terjadi pada individu yang berusia 20-40 tahun, bagaimanapun, jenis kista tunggal lebih sering terjadi pada orang dewasa (lihat pertimbangan pembedahan). Lesi ini terjadi baik pada rahang atas maupun rahang bawah, tetapi rahang bawah posterior merupakan lokasi yang paling umum, hanya 20% dari lesi ini yang ditemukan pada rahang atas. Lesi ini terjadi secara seimbang pada laki-laki dan perempuan.
Meskipun ameloblastoma secara umum tidak diklasifikasikan sebagai lesi ganas (jarang terdapat jenis yang ganas), jenis ini sangat agresif dan infiltratif. Beberapa orang menduga bahwa lesi ini harus dimasukkan kedalam jenis keganasan derajat rendah atau kurang aktif, sama dengan karsinoma sel basal. Banyak kesamaan histologi dan kebiasaan yang ditemukan pada kedua jenis lesi ini (lihat karsinoma sel basal). Secara umum lesi ini tidak bermetastase tapi bertumbuh secara lambat, persisten, dan susah untuk dimusnahkan. Jika ameloblastoma tidak tercatat ditemukan sebagai temuan insidental dari gambaran radiograf untuk tujuan lain, maka gejala pertamanya biasanya adalah perluasan tulang tanpa rasa sakit.
Temuan radiografik
Ameloblastoma khususnya muncul sebagai suatu radiolusensi multilokular yang meluas di daerah molar ketiga rahang bawah, tetapi lesi ini dapat ditemukan dibagian manapun pada rahang (lihat gambar 1). Lesi ini dapat berbentuk unilokular jika kecil, dan seringkali meresorbsi gigi yang berkontak dengannya. Lesi ini tidak pernah tampak radiopak.
Karakteristik histologi
Ameloblastoma tidak memiliki kapsul. Komponen neoplastik secara murni adalah epitelial dan sisa cap stage dari odontogenesis (contohnya; sel kolumnar tinggi yang terpolarisasi pada sisi luar dari lesi dengan SR pada sisi dalam, yang mana dapat membentuk suatu kista). Lesi dapat memiliki suatu reaktif terhadap komponen jaringan penghubung yang bukan merupakan suatu neoplastik. Lesi ini adalah tumor nonfungsional, misalnya; ameloblastoma tidak mempengaruhi jaringan penghubung di sekitarnya, yang mana pada gilirannya tidak dapat mempengaruhi pembentukan email. Pada hakekatnya, tumor ini merupakan penggambaran odontogenesis yang terhenti. Terdapat banyak gambaran histologi yang berbeda, contohnya; jenis akantomatous yang mana SR ditempatkan oleh sel skuamous dan pearl, tipe sel granuler dimana SR di gantikan oleh sel granuler, dan jenis pleksiform dimana SR berkurang atau tidak ada sama sekali.
Perawatan
Perawatan ameloblastoma adalah eksisi bedah dengan free margin yang luas (lihat pertimbangan bedah). Rekonstruksi yang tepat dapat dilakukan pada waktu yang sama. Seluruh pasien dengan ameloblastoma, dengan tanpa melihat metode perawatan bedah atau jenis gambaran histologi, harus dimonitor secara radiografi sepanjang hidupnya. Jika eksisi tidak adekuat, umumnya menjadi rekuren.
Pertimbangan bedah
• Ameloblastoma rahang atas tidak dibatasi oleh plat kortikal yang kuat yang ditemukan pada rahang bawah. Sebagai tambahan, posterior rahanng atas terletak dekat dengan banyak struktur vital. Faktor ini menjadi pendapat yang kuat untuk perwatan bedah yang agresif dan pasti pada ameloblastoma rahang atas.
• Pada rahang bawah, 1 cm tepi yang bersih dipertimbangkan sebagai standar. Hal ini dapat diatasi dengan reseksi blok atau segmental, bergantung pada hubungan lesi dengan tepi kortikal inferior.
• Pengecualian tunggal terhadap hal ini adalah mungkin ameloblastoma unikistik. Jenis ini umumnya muncul pada dewasa akhir dan sebagaimana namanya, jenis ini dicirikan sebagai radiolusensi unikistik yang paling umum ditemukan pada daerah molar ketiga rahang bawah.
• Untuk ameloblastoma peripheral, eksisi yang lebih konservatif dengan pendekatan follow-up secara klinis adalah perawatan yang standar.
Hubungannya dengan lesi lainnya
• Karsinoma sel basal: Karsinoma sel basal adalah neoplasma infiltratif lainnya yang pada dasarnya merupakan neoplasma adnexal yang tidak bermetastase. Karsinoma sel basal dan ameloblastoma bertumbuh dengan lambat tetapi persisten, dan dapat menyebabkan kematian melalui perluasan lokal kedalam struktur vital. Jika satu pertimbangan bahwa gigi merupakan struktur adnexal rongga mulut, kemudian hal tersebut menjadi mudah untuk dimengerti mengapa ameloblastoma dapat terlihat sebagai suatu analog terhadap karsinoma sel basal.
• Adamantinoma tibia: lesi ini secara histologi mirip dengan jenis ameloblastoma pleksiform. Termasuk keganasan derajat rendah dan seperti namanya, jenis ini ditemukan di tibia.
• Craniofaringioma: Tumor pituitary ini muncul dari kantong Rathke, bagian dari stomadeum rongga mulut yang secara histologi tampak menyerupai ameloblastoma. Bagaimanapun, jenis ini lebih mirip kista Gorlin.
• Ameloblastoma perifer: Lesi ini secara histologi mirip dengan ameloblastoma sentral, tetapi tidak melibatkan tulang dan yang seluruhnya dibatasi oleh gingiva. Lesi ini memiliki potesi rendah untuk bertumbuh dan invasi dibandingkan ameloblastoma sentral, dan sangat memungkinkan hal ini bertanggung jawab terhadap kasus karsinoma sel basal yang dilaporkan pada gingiva.
• Ameloblastoma ganas: Hampir 2% ameloblastoma bermetastase, biasanya ke paru-paru. Meskipun demikian lesi ini sebenarnya mungkin sebagai hasil aspirasi material dari lesi yang berjamur pada rongga mulut dan,oleh karena itu, hal ini tidak menggambarkan metastase sebenarnya.
• Karsinoma ameloblastoma: Lesi ini secara sitologi merupakan lesi ganas dengan hiperkromatisme, pleomorfisme, dan aktivitas mitotic yang tinggi. Metastase sebenarnya terjadi pada karsinoma ameloblastoma.
Tumor odontogenik adenomatoid
Tumor odontogenik adenomatoid (adenomatoid odontogenic tumor/AOT) merupakan tumor yang tidak umum terjadi, tetapi biasanya dapat dengan mudah diidentifikasi dari gambaran klinis dan radiografi. Hal ini sering diingat sebagai “tumor dua pertiga”. Tumor ini paling umum terjadi pada dekade kedua dan ketiga dari kehidupan (12-20 tahun). Dua pertiga kasus terjadi pada anterior rahang atas, sepertiga terjadi pada anterior rahang bawah, dan tidak pernah ditemukan pada bagian posterior hingga ke premolar. Dua pertiga dari kasus ini menyerang pada perempuan dan dua pertiga dari kasus ini dihubungkan dengan adanya gigi yang impaksi (biasanya pada gigi kaninus).
Tumor ini berasal dari pengurangan epitelium enamel dari folikel dental dan secara histologi menghasilkan IEE. Tumor ini biasanya tanpa gejala tetapi bisa muncul dengan pembengkakan yang lunak atau dihubungkan dengan kehilangan gigi secara klinis.
Temuan radiografi
Lesi ini secara umum tampak sebagai radiolusensi yang terdermakasi dengan baik (well-dermaceted). Dalam 75% kasus, lesi ini dihubungkan dengan gigi yang tidak erupsi, biasanya gigi kaninus. Lesi ini bisa terdiri dari flek radiopak, yang mana menggambarkan adanya material yang terkalsifikasi. Jika dikaitkan dengan gigi, lesi ini umumnya menyerang pada gigi lebih lanjut pada akar gigi dibandingkan jenis kista dentigerous.
Karakteristik histologi
Secara teknik, ini merupakan hamartoma dibanding neoplasma sejati karena mempunyai potensi pertumbuhan yang terbatas. Memiliki kapsul fibrous yang tebal yang berisi elemen epitelial proliferasi yang membentuk nodul dan struktur menyerupai duktus (contohya; nodul organoid dari kuboidal atau sel kolumnar yang rendah yang dipisahkan oleh epitelium berspindel). Tidak adanya jaringan penghubung untuk merangsang pembentukan email, hasil dari sel ini, suatu matriks pre-enamel, akan mengalami degenerasi dan akhirnya akan meninggalkan daerah kalsifikasi distropik dan amiloid.
Perawatan
Perawatan yang dianjurkan dari lesi ini adalah pengangkatan secara sederhana. Jika dibiarkan sendiri, struktur ini kemungkinan menjadi rumit. Bagaimanapun, lesi ini dapat menjadi sangat besar. Kebanyakan dihilangkan dengan cara biopsi. Jika AOT tidak dapat menghilangkan lesi ini secara menyeluruh pada saat biopsi, literatur menyangka sisa lesi tersebut akan terdegenerasi. Mereka tidak mengetahui akan berulang/rekuren.
Tumor odontogenik epitelial terkalsifikasi
Tumor odontogenik epitelial terkalsifikasi (calcifying epitelial odontogenik tumor/CEOT) atau tumor Pindborg adalah tumor odontogenik infiltratif yang jinak yang merupakan salah satu tumor yang paling jarang terjadi. Tumor tersebut diberi nama tumor Pindborg karena ditemukan oleh seorang ahli patologi Denmark yaitu Jens Pindborg. Tumor ini paling sering ditemukan pada rahang bawah regio molar/premolar, tetapi 33% dari kasus ditemukan pada rahang atas. Tumor ini dihubungkan dengan gigi yang tidak erupsi atau impaksi dalam 50% kasus. CEOT merupakan neoplasma infiltratif dan menyebabkan destruksi disertai perluasan secara lokal. Tumor ini diperoleh dari stratum intermedium dan mempunyai potensi yang lambat untuk bertumbuh dibandingkan ameloblastoma. Maka tidak mengejutkan jika tumor ini kurang agresif dibandingkan ameloblastoma.
Temuan radiografik
Lesi ini bisa radiolusen, tetapi lebih dikarakteristikkan sebagai massa dengan campuran antara lusen dan opak, memperlihatkan gambaran salju yang diterbangkan (snow-driven)
Karakteristik histologi
Gambaran histologi dari lesi ini adalah worrisome karena lesi tersebut tampak sebagai pulau yang menginfiltrasi kedalam tulang. Pulau ini terlihat seperti sel skuamous murni dengan nuclear pleomorfisme derajat tinggi; bagaimanapun, cincin Liesegang (kalsifikasi distropik berbentuk oval), suatu sitoplasma matang yang normal (sel polyhedral yang besar dengan jembatan interseluler yang baik dan berisi granula keratin yang matang), dan kurangnya gambaran mitotic membantu untuk membedakan lesi ini dari karsinoma sel skuamous. Polimorfisme tercatat sebagai degenerasi sekunder dari inti sel dan nekrobiosis, dan kalsifikasi distropik dan perubahan amiloid merupakan ciri pada sel epitelial yang mati.
Perawatan
Perawatan untuk lesi ini adalah eksisi bedah secara keseluruhan. Tingkat rekurensi pada CEOT ini adalah 4%. Lesi ini bertumbuh secara lambat dan membutuhkan follow-up jangka panjang untuk rekurensinya (sekurang-kurangnya 5-10 tahun). Tidak dilaporkan adanya kasus dimana lesi ini berubah menjadi ganas.
Kista odontogenik terkalsifikasi dan terkeratinisasi
Kista odontogenik terkalsifikasi dan terkeratinisasi (keratinizing and calcifying odontogenic cyst/KCOC) atau kista Gorlin sebenarnya bukanlah merupakan kista tetapi lebih kepada neoplasma dengan kecenderungan kistik. Beberapa lesi KCOC sebenarnya padat. Ini merupakan lesi yang sangat jarang dan tidak ada perbedaan berdasarkan usia, jenis kelamin atau lokasinya. KCOC dapat ditemukan dibagian manapun pada rahang, dan seperempat dari lesi ini ditemukan pada jaringan lunak perifer (misalnya; gingiva). Jika KCOC tidak ditemukan sebagai suatu temuan yang insidental pada pemeriksaan radiografi, maka gejala klinis yang paling dini dari lesi ini biasanya adalah terjadinya pembengkakan yang terlokalisir.
Lesi ini muncul dari epitelium enamel yang telah matang dibandingkan ameloblastoma, dan oleh karena itu maka lesi ini memiliki potensi pertumbuhan yang lambat.
Temuan radiografik
Lesi ini merupakan suatu radiolusensi nondeskrip yang dapat terdiri dari flek opasitas. Lesi ini dapat menjadi sangat besar jika tidak ditemukan secara tidak sengaja pada saat melakukan pemeriksaan radiografi untuk tujuan yang lain.
Karakteristik histologi
Lesi ini dilapisi oleh suatu epitelium yang memiliki gambaran seperti ameloblastoma, dengan massa sel epitelial squamous terkeratinisasi didalam SR. Meskipun, sel ini tidak memiliki inti dan disebut “sel hantu”. Epitelium “hantu” ini akhirnya turun ke jaringan penghubung, disebabkan oleh karena jaringan penghubung dari benda asing memberikan respon bahwa hasil dalam kalsifikasi distropik dentinoid dan pembentukan jaringan granulasi. Secara lebih sederhana, lesi ini menggambarkan epitelium enamel yang memiliki kecenderungan untuk matang tetapi tidak dapat membentuk email. Hasilnya adalah dapat terjadi pembentukan keratin “hantu”, pada gilirannya, menyebabkan terbentuknya dentinoid. Kesamaan antara lesi ini dan kraniofaringioma telah dijelaskan sebelumnya.
Perawatan
Lesi ini diangkat melalui pembedahan dan jarang terjadi rekurensi setelah eksisi.
Miksoma odontogenik
Lesi ini merupakan jenis lesi infiltratif jinak yang secara klinis tidak dapat dibedakan dengan ameloblastoma. Lesi ini ditemukan di daerah bantalan gigi, dan hal ini lebih sering terjadi pada rahang bawah. Hal ini secara umum nampak pada awal dekade ke-3 dan ke-4 dari kehidupan sebagai lesi yang meluas dengan pertumbuhan yang lambat. Jika miksoma odontogenik dibiarkan tanpa perawatan, lesi ini invasif dan merusak. Lesi ini bermula dari dental mesenkim (papilla) atau folikel dental.
Temuan radiografik
Gambaran radiografik dari lesi ini tidak berbeda. Gambaran ini sangat mirip dengan ameloblastoma (misalnya; radiolusensi multilokular), meskipun beberapa peneliti percaya bahwa lokulasi individual agak lebih kecil pada miksoma odontogenik (miksofibroma).
Karakteristik histologik
Beberapa fibroblast stellata dengan sejumlah salinan dari asam hialuronik, fibril kolagen yang kurang, dan tidak ada kapsul yang ampak pada pemeriksaan histologi dari lesi ini. Komponen asam hialuronik dengan titik biru Alcian, mengingatkan kita pada gambaran jeli Wharton. Lesi ini terlihat seperti perkembangan pulpa dan dapat membingungkan dengan perkembangan gigi molar ketiga.
Perawatan
Sebagaimana dengan ameloblastoma, lesi ini dirawat dengan eksisi blok. Rekurensi terjadi meskipun dengan frekuensi yang lebih sedikit dibandingkan dengan ameloblastoma.
Fibroma ameloblastik
Fibroma ameloblastik merupakan tumor campuran sejati yang timbul dari kombinasi 2 jaringan embrionik. Komponen epitelial dapat membentuk mesenkim tetapi tidak dapat berlanjut membentuk jaringan keras gigi. Lesi ini merupakan tumor yang relatif tidak lazim pada orang muda (usia 5-20 tahun); 75% fibroma ameloblastik ditemukan pada rahang bawah regio posterior pada daerah perkembangan dari gigi tersebut. Lesi ini jinak dan meluas, bertumbuh sebagai penekanan kedepan dibandingkan dengan invasi jaringan sekitarnya.
Temuan radiografik
Lesi ini tampak sebagai suatu radiolusensi uniokular dan bilokular, paling sering terjadi pada rahang bawah posterior. Gambaran radiografik adalah serupa dengan ameloblastoma unikistik, dan kedua lesi harus dibedakan pada saat diagnosa karena berdampak pada kelompok umur yang sama dan mempunyai gambaran klinis dan radiografik yang serupa. Pemeriksaan histologi dapat membedakan kedua jenis lesi ini.
Karakteristik histologik
Komponen epitelial dari lesi ini hampir sama dengan ameloblastoma; bagaimanapun, komponen jaringan penghubung terlihat seperti pulpa gigi. Jaringan penghubung yang muda, seluler dan homogen tanpa kolagen yang padat. Komponen epitelial dan jaringan penghubung tumbuh bersamaan dalam sebuah kapsul.
Perawatan
Perawatan dari lesi ini adalah eksisi blok dengan tepi tulang yang normal. Dengan enukleasi sederhana, telah dilaporkan tingkat rekurensi pada 20-40%. Perubahan sarkomatous (fibrosarkoma ameloblastoma) juga telah dilaporkan adanya rekuren atau eksisi yang tidak adekuat.
Fibro-odontoma ameloblastik
Fibro-odontoma ameloblastik adalah lesi odontogenik yang sangat jarang yang membentuk jaringan keras gigi (seperti; dentin, email, sementum). Lesi ini terjadi paling sering sebelum usia 20 tahun dan lebih sering muncul pada daerah premolar pada kedua rahang. Jika lesi ini dapat menjadi sangat besar, lesi ini umumnya memiliki potensi yang banyak untuk bertumbuh.
Temuan radiografik
Ameloblastik fibroodontoma tampak sebagai radiolusensi yang terdermakasi dengan baik dengan suatu opasitas sentral yang luas. Lesi ini hampir selalu ditemukan dalam hubungannya dengan gigi. Beberapa kemiripan terdapat pada gambaran radiografi dengan tumor Pindborg dan kista Gorlin karena merupakan lesi campuran antara radiolusen atau radiopak. Jika terdapat pada rahang bawah anterior, AOT juga dapat dimasukkan kedalam diagnosa banding dalam hal gambaran radiografinya.
Karakteristik histologi
Lesi ini mempunyai ciri histologi yang sama dengan ameloblastik fibroma. Bagaimanapun, induksi epitelial dari jaringan penghubung terjadi pada titik histodiferensiasi, memicu adanya dentin, email, dan/atau sementu pada gambaran mikroskopik.
Perawatan
Eksisi bedah pada ameloblastik fibroodontoma merupakan anjuran perawatan pada umumnya. Lesi ini tidak sering terjadi rekuren. Literatur yang memuat beberapa dukungan terhadap perubahan sarkomatous bersamaan dengan terjadinya rekurensi.
Odontoma kompleks
Lesi odontoma kompleks memperlihatkan diferensiasi histologi lebih lanjut dari epitelium pluripotensial odontogenik. Temuan dari lesi ini menyerupai ameloblastik fibroodontoma tetapi dengan perluasan yang selangkah lebih maju. Epitelium pada lesi ini tidak memiliki bentuk seperti ombak, meninggalkan jaringan keras gigi yang rusak pada tempatnya. Hal ini merupakan lesi yang umum dan bertahan sepanjang hidup seseorang. Lesi ini umumnya dideteksi pada remaja dan memiliki kecenderungan untuk tumbuh pada regio molar rahang bawah, bagaimanapun, lesi ini dapat ditemukan pada daerah lain pada rahang.
Temuan radiografi
Lesi ini secara umum digambarkan sebagai radiolusensi seperti sinar matahari yang dikelilingi oleh pinggiran yang tipis, seragam dan radiolusen. Meskipun penggambaran ini dapat memiliki kemiripan dengan gambaran radiografik osteosarkoma, hubungannya dengan gigi, demarkasi yang jelas dari tepi lesi, dan tidak adanya rasa nyeri atau pembengkakan sehingga menunjukkan bahwa lesi ini merupakn lesi yang sangat jinak jika dibandingkan dengan osteosarkoma.
Karakteristik histologi
Hisodiferensiasi dari lesi ini yaitu adanya perluasan selangkah lebih lanjut dibandingkan pada ameloblastik fibroodontoma. Pada odontoma kompleks, ditemukan adanya reduksi fisiologik dari ameloblastik epitelium. Terdapat gambaran sarang lebah gabungan dari jaringan email, sementum, dentin, dan pulpa. Pada lesi ini diamati adanya histodiferensiasi tetapi bukan morfodiferensiasi.
Perawatan
Pengangkatan sederhana atau obsrvasi radiografik merupakan metode perawatanya. Lesi ini tidak rekuren.
Odontoma campuran
Ini merupakan tumor odontogenik yang paling umum. Lesi ini menggambarkan hasil dari histodiferensiasi dan morfodiferensiasi jaringan odontogenik, menghasilkan gambaran seperti seikat gigi abortif jamak . paling umum ditemukan pada tulang alveolar anterior rahang atas tetapi dapat berlokasi dimana saja pada daerah bantalan gigi di rahang. Lesi ini seringkali bertanggungjawab dalam hal mencegah erupsi normal dari gigi, dan biasanya ditemukan pada masa remaja.
Temuan radiografi
Struktur kecil menyerupai gigi yang jamak ditemukan dalam tepi radiolusen yang runcing.
Karakteristik histologi
Gambaran histologi odontoma campuran ini mendekati struktur gigi normal. Pemeriksaan klinis yang nyata biasanya cukup untuk menegakkan diagnosa.
Perawatan
Pengangkatan secara sederhana merupakan metode perawatan dari tumor ini. Lesi ini tidak rekuren.
Sementoblastoma
Sementoblastoma, yang dibedakan dari sementoma, merupakan neplasma sejati dari sementum. Neoplasma jinak ini jarang dan biasanya diamati pada pasien yang lebih muda dari 25 tahun. Paling sering ditemukan dalam hubungannya dengan akar dari gigi molar pertama rahang bawah (50% dari lesi), dan tidak pernah ditemukan berhubungan dengan gigi geligi anterior. Lesi ini biasanya tidak bergejala, meskipun kadangkala gigi yang bersangkutan agak sensitive terhadap perkusi.
Temuan radiografik
Diamati adanya suatu massa seperti semburat matahari dikelilingi oleh gambaran opak yang terdapat pada akar gigi yang terdermakasi dengan baik dan dikelilingi oleh rim radiolusen yang tipis. Lesi ini mengaburkan lamina dura. Para pelajar kadangkala bingung dengan osteitis yang padat, suatu lesi yang umum dihasilkan dari iritasi periapikal derajat rendah yang merangsang pertumbuhan tulang. Meskipun lokasi yang paling umum dari kedua lesi ini adalah sama, osteitis padat tidak mengaburkan ruang ligament periodontal (PDL) dan cenderung memiliki garis tepi yang lebih irregular. Sementoma yang matang, yang juga diketahui sebagai displasia semental periapikal, merupakan lesi umum lainnya yang dapat membingungkan para pelajar jika dibandingkan dengan sementoblastoma. Bagaimanapun, sementoma biasanya bertempat di rahang bawah region anterior dan tidak mengaburkan rongga PDL. Sementoma biasanya memiliki 3 tahapan perkembangan: osteolitik (dimana titik lesi nampak sebagai radiolusensi), sementoblastik (campuran radiolusen/radiopak), dan matang (radiopak).
Karakteristik histologi
Sementoblastoma yang padat dipisahkan oleh sekat semental yang membentuk gambaran histologi pada lesi tak berkapsul ini.
Perawatan
Pengankatan gigi yang terkena dan tumor adalah metode perawatan dari lesi ini. Tidak dilaporkan adanya rekurensi.
4 komentar:
kami ingin bertanya. apakah Kista mandibula dan tumor odontogenik dapat disebabkan dari infeksi karena gigi bungsu tumbuh miring ? apakah ini termasuk penyakit bawaan sehingga asuransi kantor tidak menanggungnya? terima kasih sebelumnya
Apakah komplikasi dari kista radikuler
Bahayakah itu kista mandikula
pengobatan kista tanpa operasi
agen qnc jelly gamat
ginkgo biloba plus capsule
Posting Komentar