Senin, 09 Februari 2009

PERBEDAAN JUMLAH KOLONI BAKTERI GOLONGAN STREPTOCOCCUS PADA SALIVA SEBELUM DAN SETELAH MENYIKAT GIGI DENGAN MENGGUNAKAN PASTA GIGI YANG MENGANDUNG EK

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Di dalam rongga mulut terdapat berbagai jenis mikroba yang merupakan flora normal. Hal ini disebabkan karena rongga mulut merupakan gerbang penghubung antara lingkungan luar tubuh dan lingkungan dalam tubuh, sehingga mikroba dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh kita.1
Proses terjadinya karies melibatkan sejumlah faktor yang saling berinteraksi satu sama lain yaitu gigi dan saliva (host), mikroorganisme, substrat dan waktu. Proses terjadinya karies pada gigi dimulai dengan terjadinya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti dengan terjadinya kerusakan bahan organik gigi, jaringan keras gigi yang terdemineralisasi sebagai akibat adanya asam hasil fermentasi karbohidrat oleh mikroorganisme.1
Dari berbagai mikroorganisme di dalam rongga mulut, yang termasuk kariogenik adalah bakteri golongan Streptococcus, Actinomyces viscosus, dan Laktobasili.
Saliva merupakan tonggak yang menopang kehidupan kuman di dalam rongga mulut, karena saliva selain mengandung antibakteri juga mengandung komponen organik yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan kuman di dalam rongga mulut. Dapat dikatakan bahwa saliva mempunyai fungsi sebagai protektor bagi kuman rongga mulut, agar keseimbangan dinamik antara mikroorganisme dan lingkungan tetap terjaga. Selain itu, komponen saliva juga dapat menjadi manifestasi kesehatan rongga mulut dengan melihat jenis dan jumlah mikroorganisme patogen atau kariogenik. Bakteri Streptococcus yang terdapat dalam saliva dalam jumlah yang banyak mengindikasikan bahwa bakteri tersebut juga banyak pada plak dan permukaan gigi.1
Sekarang ini, upaya pencegahan karies dan penyakit periodontal telah banyak dilakukan antara lain dengan melakukan peningkatan kesehatan gigi yang telah menjadi tujuan utama dalam dunia kedokteran gigi.1
Salah satu usaha pencegahan karies adalah dengan penggunaan pasta gigi, akan tetapi pada masa lalu pasta gigi yang digunakan bersama sikat gigi hanya bersifat sebagai alat kosmetik. Tetapi dalam tahun-tahun terakhir ini banyak dibuat pasta gigi yang mempunyai efek untuk mengobati penyakit mulut dan mencegah karies.2
Menurut beberapa peneliti bahwa penambahan bahan-bahan tertentu pada pasta gigi dapat mengurangi jumlah bakteri dalam rongga mulut. Penelitian-penelitian sebelumnya banyak menyimpulkan bahwa penggunaan sikat gigi dengan pasta gigi dapat mengubah populasi bakteri dalam rongga mulut, sehingga tindakan tersebut dapat mengantisipasi terjadinya proses berbagai penyakit dalam rongga mulut. Beberapa kandungan pasta gigi mempunyai sifat anti bakteri yang umumnya kita kenal adalah triclosan, alkaloid, enzim-enzim tertentu (laktoperoksidase, amiloglucoxidase,glucoxidase).3
Sekarang ini dipasaran terdapat salah satu jenis pasta gigi yang mengandung ekstrak jamur Ganoderma lucidum yang menawarkan efek anti karies. Ganoderma lucidum atau jamur Lingzhi adalah jamur yang memiliki khasiat obat dan sudah dikenal di daratan Cina sejak ratusan tahun yang lalu dan merupakan bahan obat tradisional Cina yang paling tinggi penggunaannya.
Pada penelitian kali ini, dilakukan penelitian pada bakteri Streptococcus, karena bakteri ini merupakan bekteri utama penyebab dan pemicu karies. Di dalam beberapa literatur mengenai khasiat anti bakteri dari jamur Ganoderma ini disebutkan bahwa jamur ini memiliki sifat antibakteri spektrum luas terutama pada bakteri golongan Staphylococcus dan Streptococcus, tetapi beberapa laporan penelitian yang ada hanya melaporkan efektifitas anti mikrobanya pada bakteri-bakteri yang berperan pada penyakit sistemik seperti Escherichia coli, Pseudomonas aeuroginosa, Staphylococcus aureus, Salmonella typhimurium, dan Bacillus subtilis, sehingga peneliti tertarik untuk melihat aktivitas anti bakterinya pada bakteri rongga mulut khususnya Streptococcus.
Berdasarkan uraian di atas maka, peneliti merasa tertarik untuk meneliti pengaruh pasta gigi yang mengandung ekstrak jamur Ganoderma lucidum terhadap penurunan jumlah koloni bakteri golongan Streptococcus pada saliva setelah menyikat gigi dengan menggunakan Ganoderma Tooth Paste.


I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, untuk menilai efektifitas dari pasta gigi ini sebagai antibakteri, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “ Apakah ada perbedaan jumlah koloni bakteri golongan Streptococcus pada saliva sebelum dan sesudah menyikat gigi menggunakan pasta gigi yang mengandung ekstrak jamur Ganoderma lucidum?”.

I.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni bakteri golongan Streptococcus pada saliva sebelum dan sesudah menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung ekstrak jamur Ganoderma lucidum.

I.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut serta sebagai sumber informasi untuk pelaksanaan program kesehatan gigi dan mulut, khususnya dalam pemilihan pasta gigi untuk mencegah berkembangnya jumlah koloni bakteri dalam saliva.
I.5. Hipotesa Penelitian
Ada perbedaan jumlah koloni bakteri golongan Streptococcus pada saliva sebelum dan sesudah menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung ekstrak jamur Ganoderma lucidum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pasta Gigi
Upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut telah banyak dilakukan oleh para ahli, namun bila dipahami lebih mendalam, upaya pencegahan yang paling efisien , murah dan mudah adalah memelihara kebersihan mulut yang optimal.4
Pada masa lalu pasta gigi yang digunakan bersama-sama dengan sikat gigi hanya bersifat sebagai alat kosmetika dan alat sosial saja. Walaupun demikian, dalam 30 tahun terakhir ini bahan-bahan pencegahan seperti fluor, antibiotik, senyawa amonium dan penghambat enzim ditambahkan ke dalamnya. Pasta gigi dimaksudkan untuk membersihkan dan menghaluskan permukaan gigi geligi dan dapat memberikan rasa serta aroma yang nyaman dalam rongga mulut. Selain itu pasta gigi juga berfungsi sebagai media untuk meletakkan fluor pada jaringan gigi.3
Menurut beberapa peneliti bahwa penambahan bahan-bahan tertentu pada pasta gigi dapat mengurangi jumlah bakteri dalam rongga mulut.
Susunan dasar kebanyakan pasta gigi umunya sama. Bubuk pasta gigi berisi bahan abrasif, pembersih, bahan penambah rasa dan pewarna serta pemanis. Disamping mengandung juga bahan pengikat, ‘pelembab’, pengawet dan air. Beberapa senyawa umum yang dikandung daam pasta gigi utamnya adalah: fluoride, triclosan, zinc citrate, sodium fluoride, sodium monofluorophosphate, silica, klorin, kalsium karbonat, sorbitol, resin, timetilamine, alkaloid, pyrophosphate.3
Sekarang ini terdapat jenis pasta gigi yang mengandung bahan-bahan alternatif dari bahan minyak esensial dan ekstrak tumbuh-tumbuhan (herbal). Meluasnya pemakaian pasta gigi herbal adalah karena secara komersil mudah didapatkan dan akhir-akhir ini ketertarikan akan produk dengan kandungan dasar dari bahan alami telah meningkat.2

2.2. Bakteri Streptococcus mutans sebagai penyebab karies gigi
Bakteri yang berperan penting dalam patogenesis karies, diantara sekian banyak spesies bakteri rongga mulut, Streptococcus mutans dilaporkan sebagai salah satu bakteri yang mendapat perhatian khusus, karena kemampuannya membentuk polisakarida ekstraseluler dan plak. Streptococcus mutans pertama kali diisolasi dari plak gigi oleh Jk Clarke pada tahun 1924. Bakteri tersebut diklasifikasikan kedalam kingdom Monera, divisi Firmicutes, kelas Bacilli, ordo Lactobacilaes, famili Streptococcaceae, genus Streptococcus, dan spesies Streptococcus mutans. Pada tahun 1890, Miller melaporkan teori khemoparasitik karies gigi, teori ini kemudian disebut sebagai hipotesis plak non-spesifik yang menggambarkan dekalsifikasi enamel sampai terjadinya karies gigi sebagai dampak dari kumulatif produkasi asam oleh bakteri plak gigi.5,6
Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif yang tersebar di alam. Beberapa diantaranya merupakan anggota flora normal pada manusia, sedang Streptococcus yang lain berhubungan dengan penyakit pada manusia yang dapat berupa infeksi oleh Streprococcus dan sebagian yang lain dapat menimbulkan sensitifitas akibat kuman tersebut.7
Streptococcus memiliki banyak karakteristik, bentuk bulat dan tumbuh secara berantai, tidak memiliki spora, terkadang juga non motil. Bakteri ini termasuk juga bakteri fakultatif anaerob. Dinding sel bakteri disusun oleh protein, karbohidrat dan peptidoglican, pada dinding selnya terdapat filia sebagai alat pergerakan kapsul dapat dijumpai pada saat pembentukan awal. Diameter Streptococcus 1-2 mm yang dapat tumbuh pada media padat dan membentuk koloni. Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 18-40° C.6

Gambar 1. Gambaran mikroskopik bakteri golongan Streptococcus
(Sumber: Nugraha, AW. Streptococcu mutans, si plak dimana-mana. Available at: http://Streptococcus-mutans_31.pdf. Accessed April 22, 2008)

Streptococcus mutans adalah bersifat asidogenik yaitu menghasilkan asam, asidodurik, mampu tinggal pada lingkungan asam, dan menghasilkan suatu polisakarida yang lengket disebut dextran. Oleh karena kemampuan ini, Streptococcus mutans bisa menyebabkan lengket dan mendukung bakteri lain menuju ke email gigi, lengket mendukung bakteri-bakteri lain, pertumbuhan bakteri asidodurik yang lainnya, dan asam melarutkan email gigi. 6
Penyakit yang disebabkan adalah karies gigi, beberapa hal yang menyebabkan karies gigi bertambah parah adalah seperti gula, air liur, dan juga bakteri pembusuknya. Setelah makan sesuatu yang mengandung gula, terutama adalah sukrosa, dan bahkan setelah beberapa menit penyikatan gigi dilakukan, glikoprotein yang lengket ( kombinasi molekul protein dan karbohidrat) bertahan pada gigi untuk mulai pembentukan plak pada gigi. Pada waktu yang bersamaan berjuta-juta bakteri yang dikenal sebagai Streptococcus mutans juga bertahan pada glycoprotein itu. Walaupun, banyak bakteri lain yang juga melekat, hanya Streptococcus mutans yang dapat menyebabkan rongga atau lubang pada gigi. 6
Pada langkah selanjutnya, bakteri menggunakan fruktosa dalam suatu metabolisme glikolosis untuk memperoleh energi. Hasil akhir dari glikolisis di bawah kondisi-kondisi anaerobik adalah asam laktat. Asam laktat ini menciptakan kadar keasaman yang ekstra untuk menurunkan pH dengan jumlah tertentu menghancurkan zat kapur fosfat di dalam email gigi mendorong ke arah pembentukan suatu rongga atau lubang.6



2.1.1. Ganoderma Sebagai Anti-Bakteri
Menurut Sistem Pengklasifikasi Fungsi Ainsworth {1973}, Ganoderma Lucidium tergolong dalam Basidiomycotina, Hymenomycetes, Holobasidiomycetiddae, Aphyllophorales atau Polyporals. Ganodermatacea Ganoderma. Genus cendawan ini ialah Ganoderma dan selain spesies Lucidium, terdapat beberapa spesies lain daripada genus ini Contohnya Ganoderma lucidum (merah), Ganoderma Applanatum (perang), Ganoderma Tsugae (merah), Ganoderma Sinense (unggu), Ganoderma Oregonense (perang tua).8
Gambar 2. Berbagai jenis jamur Ganoderma
(Sumber: http://www.ganoderma.online.com/ganoderma-articles.html Accessed: Jun, 13. 2007)

Ganoderma lucidum, yang juga dikenal sebagai Lingzhi di Cina dan Reishi di Jepang, adalah suatu jamur herbal yang telah digunakan di Cina selama lebih dari 4000 tahun. Di Cina, nama Lingzhi berarti “kekuatan spiritual”. Sepanjang zaman purbakala, jamur Lingzhi disajikan untuk raja dan keluarga kerajaan. Di dalam “Seng Nong Herbal Classic”, Lingzhi ditempatkan dalam urutan obat-obatan sebagai “obat raja”. Dr. Li Shizhen (1518-1593), dokter Cina paling terkenal pada zaman Dinasti Ming, sangat menganjurkan Lingzhi di dalam bukunya “Materia Medica” menyatakan bahwa “penggunaan Lingzhi jangka panjang akan membangun badan yang kuat dan sehat dan memberikan umur panjang”.9,10
Dari 80 spesies Ganoderma di dunia yang telah diketahui berkhasiat obat, hanya spesies Ganoderma lucidum yang paling banyak dan populer digunakan sebagai obat karena mengandung bahan aktif berupa germanium organik hingga mencapai 2000 ppm dan polisakarida. Spesies Ganoderma adalah satu dari sekian banyak jamur yang telah diteliti dengan sangat luas karena laporan akan sifat bioaktifnya yang potensial. Jamur Ganoderma menghasilkan berbagai kandungan bioaktif yang mana memiliki aktivitas biomedis dengan rentang yang sangat luas.11,12
Beberapa aksi dan sifat G. lucidum termasuk: anti-alergen, antioksidan, analgesik, antijamur, anti-radang, anti tumor, anti virus, antiparasitik, kardiovaskuar, anti diabetik, immunomodulating, hepatoprotektif, hipotensif dan hipertensif, tonik ginjal dan saraf, potensi seksual, menghambat agregasi platelet, tekanan darah, kolesterol dan gula darah rendah, dan pencegah bronchitis.13





Kajian oleh ahli-ahli mikologi dan farmakologi menemukan bahwa Ganoderma mengandung komponen bioaktif berikut:14
Asam Amino D-mannitol Polisakarida
Asam Organik Ergosterol Sakarida
Asam Protease Glukosamin Sterol
Adenin Lakton Triterpenoid
Adenosin Lisozim Vitamin
Alkaloid Oganik Germanium(GE) Garam mineral

Hasil kajian juga menemukan bahwa Ganoderma mempunyai kandungan secara umum sebagai berikut:14
Air
- 750.0mg Kalori
- 1.7 Lemak
- 9.0mg Serat
- 25.0mg Vitamin B3
- 0.076mg
Besi
- 0.19mg Kalsium
- 3.0mg Asid Pantotenik
- 0.032 mg Vitamin B1
- 0.0016mg Vitamin C
- 0.0625mg
Fosferus
- 0.03mg Karbohidrat
- 115.0mg Protin
- 75.8mg Vitamin B2
- 0.0064mg Vitamin D
- 0.769mg

Berbagai jenis agen antibakteri dan antivirus sintetik yang efektif telah dikembangkan, tetapi resistensi obat-obatan dan toksisitas dapat terjadi. Obat-obatan herbal dapat menghadirkan suatu pendekatan yang aman dan berguna bagi perawatan penyakit infeksi. Ganoderma lucidum dan berbagai spesies Ganoderma lainnya, secara tunggal atau lebih sering dikombinasikan dengan agen kemoterapi, telah digunakan untuk mengobati penyakit infeksi kronis seperti hepatitis kronis dan bronchitis, meskipun terdapat keterbatasan data yang tersedia. Data dari penelitian binatang secara in vitro dan ini vivo menunjukkan bahwa G. lucidum dan spesies Ganoderma lainnya memperlihatkan aktivitas antibakteri dan antivirus spektrum luas. Suatu penelitian klinis dengan kontrol placebo baru-baru ini menunjukkan bahwa perawatan dengan polisakarida G. lucidum 5400 mg/hari selama 12 minggu menyebabkan penghambatan replikasi virus hepatitis B (HBV). Hal ini tampaknya bahwa polisakarida dan triterpenoid, keduanya merupakan kandungan antivirus utama dari spesies Ganoderma, sedangkan polisakarida memainkan peranan yang lebih penting pada aktivitas antibakterinya. Mekanisme aktivitas antibakteri dan antivirus dari G. lucidum dan spesies Ganoderma lainnya belum diketahui secara luas dengan jelas, sehingga dibutuhkan penelitian klinis dan eksperimen yang lebih lanjut.15
Pada tahun 1994 Lin dan Lei yang menyelidiki mengenai efek immunomodulating dari polisakaria Ganoderma lucidum menyatakan bahwa kandungan polisakarida dari jamur ini memberikan respon limfosit gabungan yang signifikan. Chang (1994) menyimpulkan bahwa bagian polisakarida dengan β-glucan memiliki efek stimulasi pada jalur sel darah putih (limfosit, monosit, makrofage, natural killer cell, dan limfosit lainnya). Disimpulkan bahwa aksi ini turut berperan dalam sifat antivirus, anti-tumor, anti inflamasi, granulopoietik, dan bakterisid sebagaimana yang telah dilaporkan dalam beberapa penelitian pada binatang secara laboratoris.16
Beberapa penelitian klinis saat ini menjelaskan mengenai efek dari nutrisi jamur terutama Ganoderma lucidum yang dapat menyeimbangkan kembali respon imun seluler (TH1 dan TH2). Dimana TH1 ini berfungsi sebagai antivirus, anti bakteri dan anti parasit. Sedangkan TH2 berperan dalam tahapan anti inflamasi.16
Terdapat beberapa penelitian mengenai aktivitas antibakteri dari berbagai jamur golongan basidiomycetes terhadap bakteri dan fungi. Salah satu jenis jamur yang diteliti adalah aktivitas anti mikroba G. lucidum terhadap kelas tumbuhan patogen yang berbeda. Aktivitas anti mikroba dan pertumbuhan yang optimal pada suhu 30° C, dalam potato dextrose agar (PDA), atau rich broth medium (RBM) pada pH 3. Cairan kultur steril dapat disimpan selama 90 hari pada suhu ruang tanpa kehilangan aktivitas antimikrobanya.17
Dalam upaya pencegahan karies, Streptococcus mutans merupakan suatu bakteri kariogenik. Ikatan membrane atau glukosa transferase ekstraseluler dari Streptococcus mutans menghasilkan glukan yang dapat larut dan tidak dapat larut dalam air dari sukrosa. Glukan ini memudahkan akumulasi mikroorganisme pada permukaan yang licin dari gigi dan selanjutnya membentuk karies gigi. Asam Ganoderic S1 dan C2 yang di isolat dari Ganoderma lucidum telah diidentifikasi memiliki daya hambat pada glukosiltransferase dari Streptococcus mutans. 18
Ling-zhi adalah jamur yang dijual di toko obat dengan berbagai macam kemasan berupa potongan-potongan jamur atau yang sudah diolah seperti kapsul, tablet, sirop, tincture atau suntikan.19

2.3. Saliva
Saliva merupakan cairan yang sangat penting dalam rongga mulut, karena fungsi saliva dapat membantu proses pencernaan, penelanan, pelarut, pelumas, pemisahan makanan, mengatur keseimbangan air, pelindung, pembersih, integritas gigi dengan anti bakteri dan sebagai buffer.20
Di dalam saliva terdapat berbagai komponen yang mempunyai pengaruh melindungi permukaan gigi dan mukosa mulut. Saliva mengandung komponen spesifik yang mampu melindungi jaringan mulut dari infeksi bakteri dan virus, yang berdasarkan mekanisme kerjanya dapat dibagi dalam sistem penolakan enzimatik dan bukan enzimatik. Sistem enzimatik anti-bakteri terdiri atas peroksidase, hidrogen peroksida (H2O2) da ion tiosinat (SCN-3).21
Dalam setiap milliliter saliva dijumpai 10 sampai 200 juta bakteri. Jumlah maksimum bakteri-bakteri ini dijumpai pada pagi hari atau setelah makan. Bermacam-macam bakteri rongga mulut terkandung dalam saliva antara lain: Streptococcus, Enterococcus, Diptheroid, Lactobaccili, Peptostreptococci, Actinomices, Veilonella, Bacteroides melaninogenicus, Fusuform dan Neisseria. Sedangkan bakteri yang terdapat dalam plak antara lain: Leptotrichia, Actinomices, Streptococcus, dan Veillonela. Bakteri tersebut cukup berperan dalam terjadinya penyakit mulut dan gigi.22,23
Bakteri-bakteri seperti Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguine yang pada keadaan normal memang berada di dalam mulut. Akan tetapi, menimbulkan persoalan ketika gerombolan bakteri itu bertemu dengan sisa makanan (khususnya yang mengandung gula sukrosa) berikut enzim dari saliva, maka akan terjadi fermentasi yang menghasilkan asam. Bila asam itu terus-menerus diproduksi, akan terjadi proses demineralisasi atau pelunakan lapisan email yang terdekat (email bagian terluar dan terkeras dari gigi) karena email melunak, timbullah karies.22
Untuk melindungi gigi dan kesehatan mulut dari serangan bakteri penyebab plak dan karies, maka dibutuhkan pasta gigi yang bekerja secara efektif dalam menghambat pertumbuhan dan memusnahkan bakteri, karena tidak semua pasta gigi mengandung antibakteri plak yang dapat membasmi plak penyebab karies pada gigi.24







BAB III
KERANGKA KONSEP




Keterangan:
Diteliti :
Tidak diteliti :
Variabel penelitian:
a. Variabel Independen : Pasta gigi Ganoderma
b. Variabel dependen : Bakteri Golongan Streptococcus
c. Variabel kendali : - Konsentrasi dan banyaknya pasta gigi yang digunakan
- Lama menyikat gigi












BAB IV
METODE PENELITIAN


3.1. Jenis Penelitian : Eksperimental semu
3.2. Desain Penelitian : Pre and post test design without control group
3.3. Lokasi Penelitian : Kampus sekolah Yayasan Al-hidayah Makassar dan
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UNHAS
3.4. Waktu Penelitian : 23 Oktober 2007 – 26 Oktober 2007
3.5. Populasi/subjek Penelitian : saliva yang diambil dari Siswa SMK Keperawatan Al-Hidayah
3.6. Metode Sampling : Consecutive sampling
3.7. Jumlah Sampel : 30 sampel saliva.
3.8. Alat dan Bahan :
1. Alat yang digunakan :
• Diagnostik set
• Alat tulis menulis
• Label
• Sikat gigi
• Sengkelit
• Pot plastic
• Inkubator
• Tabung reaksi
• Rak tabung reaksi
• Bunsen
• Cawan Petri
• Pipet tetes
• Autoclave
2. Bahan yang digunakan :
• Pasta gigi “Ganoderma tooth paste”
• Saliva
• Media nutrient agar
• Larutan salin
• Aquades
3.9. Data
- Jenis data : Data primer
- Pengolahan data : SPSS versi 12
- Penyajian data : Dalam bentuk tabel
- Analisa data : Uji t-berpasangan

3.10. Defenisi Operasional.
• Pemakaian pasta gigi “ganoderma tooth paste” adalah menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung ekstrak jamur Ganoderma lucidum. Penyikatan gigi ini dilakukan sebanyak 1 (satu) kali, selama 3 menit pada hari yang sama dengan pengambilan sampel saliva sebelum dan setelah menyikat gigi.
• Jumlah koloni bakteri dalam saliva adalah banyaknya kumpulan spesies bakteri yang tumbuh dan berkembang biak dalam saliva sebelum dan sesudah pemakaian pasta gigi yang mengandung ekstrak jamur Ganoderma lucidum (yang dihitung berdasarkan Colony Forming Unit (CFU). Satu titik pada cawan petri dianggap sebagai satu CFU

3.11. Prosedur Penelitian
Tahap I
Pengambilan saliva sebelum dan sesudah pemakaian pasta gigi yang mengandung ekstrak jamur Ganoderma lucidum
1. Alat dan bahan disiapkan (pasta gigi ganoderma, sikat gigi, pot plastik, air)
2. Sebelum menyikat gigi dengan pasta gigi ganoderma, sampel diinstruksikan untuk meludah ke dalam pot (sebelum perlakuan)
3. Membagi sikat gigi, pasta gigi pada masing-masing sampel.
4. Sampel diinstruksikan untuk menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi ganoderma selama 3 menit dengan teknik rolling untuk permukaan labial dan lingual serta teknik maju mundur untuk permukaan oklusal.
5. Setelah menyikat gigi, sampel diinstruksikan untuk berkumur.
6. Setelah berkumur, sampel diinstruksikan untuk meludah ke dalam pot plastik setelah menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi ganoderma (setelah perlakuan)
7. Selanjutnya semua sampel saliva dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi FK-UNHAS yang akan dilakukan pemeriksaan terhadap jumlah koloni bakteri dalam saliva sebelum dan sesudah pemakaian pasta gigi yang mengandung ekstrak Ganoderma lucidum.

Tahap II
Pemeriksaan Laboratorium
1. Alat dan bahan disiapkan (tabung reaksi, rak tabung, Bunsen, cawan Petri, pipet tetes 100 mL, sengkelit, autoclave, inkubator, medium nutrient agar, larutan saline, aquades).
2. Saliva diencerkan sampai 10-3 bagian.
3. Kemudian 0,5 mL saliva diambil dari pot plastik ke dalam tabung yang berisi 4,5 mL larutan saline. Kemudian kocok agar bakteri di dalamnya tidak mati.
4. Saliva yang telah diencerkan dengan larutan salin kemudian diisolasi dengan cara digoreskan memakai sengkelit secara aseptik di medium nutrient agar (NA) yang gunanya untuk membiakkan bakteri.
5. Tahap selanjutnya adalah pemberian label pada setiap cawan Petri yang telah ditanami pembenihan (isolate) kemudian dieram dalam inkubator dengan suhu 37°C selama 2x24 jam.
6. Setelah waktu pengeraman selesai kemudian dilakukan penghitungan jumlah koloni bakteri dalam cawan Petri dengan Colony Forming Unit.
7. Perhitungan sebaiknya menggunakan spidol warna (non permanent) sehingga bakteri yang sudah dihitung tidak terulang.
8. Data yang diperoleh dicatat, diolah dan didistribusikan dalam bentuk tabel.











3.12. Alur Penelitian
Pencatatan nama dan umur sampel

Pengambilan saliva sebelum pemakaian pasta gigi yang mengandung Ganoderma lucidum (pre test) dengan metode meludah pada pot plastic dan dilakukan pengenceran sampai 10-3 dan diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°C kemudian menghitung jumlah koloni bakteri

Sampel diinstruksikan untuk menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung Ganoderma lucidum selama 3 menit dengan teknik rolling untuk permukaan labial dan lingual serta teknik maju mundur untuk permukaan oklusal kemudian berkumur

Pengambilan saliva setelah pemakaian pasta gigi yang mengandung Ganoderma lucidum, kemudian dilakukan pengenceran kembali sampai 10-3 dan diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°C kemudian menghitung jumlah koloni yang terdapat dalam saliva tiap sampel

Analisis data dan didistribusikan dalam bentuk tabel


BAB V
HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Kampus sekolah Yayasan Al-hidayah Makassar dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UNHAS pada tanggal 23 Oktober 2007 hingga 26 Oktober 2007, dengan jumlah subjek 33 orang dari total populasi 45 orang siswa SMK Keperawatan Al-Hidayah Makassar, dari 33 subjek tersebut yang diberi perlakuan, hanya 30 orang yang menjadi sampel karena ada 1 orang yang tidak mengembalikan sampel saliva setelah perlakuan dan 2 orang yang memiliki sampel saliva tertumpah sehingga tidak bisa di uji.
Setelah dilakukan penelitian tentang perbedaan jumlah koloni bakteri golongan Streptococcus sebelum dan sesudah menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung ekstrak jamur Ganoderma lucidum diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Perbedaan rerata jumlah koloni bakteri golongan Streptococcus pada saliva sebelum dan sesudah menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung ekstrak jamur Ganoderma lucidum.
Penyikatan gigi dengan pasta gigi Ganoderma Jumlah sampel Rerata (CFU) SB P
Sebelum 30 40,800 41,29
Sesudah 30 17,7667 17,84

Pada tabel 1 menunjukkan rerata (mean) jumlah koloni bakteri golongan Streptococcus sebelum menyikat gigi dengan jumlah rerata 40,8 CFU dan sesudah menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi Ganoderma dengan jumlah rerata 17,84 CFU. Data tersebut kemudian diuji normalitas dengan menggunakan uji normalitas Kolmogorof-Smirnov (Shapiro-Wilk), ternyata data tersebut tidak berdistribusi normal sehingga tidak memenuhi syarat untuk dilakukan pengujian statistik dengan uji-t. Data tersebut kemudian ditransformasi sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 2. Data transformasi perbedaan rerata jumlah koloni bakteri golongan Streptococcus pada saliva sebelum dan sesudah menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung ekstrak jamur Ganoderma lucidum.
Penyikatan gigi dengan pasta gigi Ganoderma Jumlah sampel Rerata (CFU) SB P
Transformasi Sebelum 30 1,4328 0,42041
0,001*
Transformasi Sesudah 30 1,0585 0,43155
Uji t-berpasangan
Keterangan : p < 0,05 = signifikan; artinya ada perbedaan yang bermakna dalam jumlah koloni bakteri golongan Streptococcus sebelum dan sesudah menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung jamur Ganoderma lucidum.
Pada Tabel 2 menunjukkan data yang telah ditransformasi, kemudian dilakukan analisa statistik dengan uji t-berpasangan. Tabel 2 menunjukkan bahwa ada perbedaan rerata jumlah koloni bakteri golongan Streptococcus dalam saliva sebelum dan sesudah menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung ekstrak jamur Ganoderma lucidum dan didapatkan nilai p 0,001 (p < 0,05) yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara sebelum dan sesudah menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung ekstrak jamur Ganoderma lucidum.

Gambar 3. Biakan koloni bakteri Streptococcus pada cawan Petri. Dalam satu cawan Petri berisi biakan koloni bakteri sebelum dan sesudah menyikat gigi dari satu orang sampel, yang dibatasi dengan garis dan diberi tanda B (Before) untuk saliva sebelum menyikat gigi dan A (After) untuk saliva setelah menyikat gigi.




















BAB VI
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dapat diketahui perbedaan jumlah koloni bakteri golongan Streptococcus dalam saliva sebelum dan setelah menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung ekstrak jamur Ganoderma lucidum.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan jumlah koloni bakteri golongan Streptococcus dalam saliva sebelum dan sesudah menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung ekstrak jamur Ganoderma lucidum.
Berdasarkan data hasil penelitian ini yang terlihat pada tabel 1, terdapat penurunan jumlah bakteri golongan Streptococcus dalam saliva setelah menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung ekstrak jamur Ganoderma lucidum. Setelah dilakukan uji statistik, terlihat adanya perbedaan yang bermakna setelah pemakaian pasta gigi yang mengandung ekstrak jamur Ganoderma lucidum terhadap jumlah koloni bakteri golongan Streptococcus dalam saliva.
Hasil yang diperoleh ini kemungkinan karena efek anti bakteri yang dimiliki oleh Ganoderma lucidum. Jamur Ganoderma lucidum ini memiliki efek anti bakteri karena kandungan bioaktif polisakarida dan triterpenoid. Meskipun belum ada penelitian yang memadai mengenai efek jamur Ganoderma lucidum ini dalam rongga mulut terutama dalam menghambat pertumbuhan bakteri golongan Streptococcus, tetapi telah ada beberapa penelitian mengenai efek anti bakteri Ganoderma lucidum pada jenis bakteri lainnya. Sheena N dkk meneliti aktivitas antibakteri dari ekstrak methanol beberapa jamur termasuk Ganoderma lucidum terhadap bakteri Eschericia coli, Pseudomonas aeroginosa, Staphylococcus aureus, Salmonella typhimurium, dan Bacillus subtilis. Diperoleh hasil bahwa ekstrak methanol Ganoderma lucidum efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri E. coli, S. typhimurium dan B. subtilis pada konsentrasi 1 mg/well.25
Yihuai dkk juga meneliti efek jamur Ganoderma secara in vivo dan in vitro pada binatang, dan didapatkan hasil bahwa jamur Ganoderma lucidum dan spesies Ganoderma lainnya menunjukkan efek anti bakteri dan anti viral dengan spektrum luas.20
Hsu HY dkk dari Oriental Healing Arts Institute dalam bukunya “Oriental Materia Medica; a concise guide” mengemukakan bahwa jamur ini memiliki efek antibakteri pada bakteri Bacillus pneumonia, staphylococci dan Streptococcus sehingga dapat digunakan sebagai antidotum pada keracunan jamur.26
Keterbatasan pada penelitian ini adalah lamanya waktu penelitian, dimana subjek yang diteliti hanya diberi perlakuan sebanyak satu kali saja, hal ini disebabkan karena kurangnya sediaan dan mahalnya harga pasta gigi yang diteliti. Pada penelitian ini juga tidak diteliti mengenai kondisi oral hygiene dan pH dari subjek yang diteliti.
BAB VII
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbedaan jumlah koloni bakteri golongan Streptococcus dalam saliva sebelum dan setelah menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung ekstrak jamur Ganoderma lucidum, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna jumlah koloni bakteri Streptococcus dalam saliva setelah menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung ekstrak jamur Ganoderma lucidum.

7.2. Saran
Penelitian ini memerlukan penelitian lebih lanjut dengan suatu kelompok kontrol untuk membandingkan efektifitasnya dengan pasta gigi yang lebih sering digunakan oleh masyarakat, dengan waktu penelitian dan perlakuan yang lebih lama. Pada penelitian berikutnya juga diharapkan dapat melihat keadaan oral hygiene dan pH dari subjek yang diteliti.
Dengan melihat hasil penelitian ini, maka diharapkan masyarakat dapat memilih pasta gigi yang tepat. Para peneliti juga dapat mengembangkan produk yang bermanfaat dalam bidang kedokteran gigi lainnya dari bahan dasar jamur Ganoderma ini dengan harga yang lebih murah, sehingga dapat terjangkau oleh masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA


1. Kodrat SM, Agung A. Pengaruh pasta gigi Enzim terhadap penyakit rongga mulut dan kuman Streptococcus mutans. Dentofasial. J. ked. Gigi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. 2003;1: 280-6.

2. Pratiwi R. Perbedaan daya hambat terhadap Streptococcus mutans dari beberapa pasta gigi yang mengandung herbal. Maj. Ked. Gigi. Dental Journal. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. 2005;38(2): 64-7.

3. Kidd EAM, Bechal AJ. Dasar-dasar karies penyakit dan penanggulangannya. Alih bahasa: Sumawinata N, Faruk S. Jakarta: EGC; 1992. pp.153-5.

4. Raharjo MB. Perbedaan daya antibakteri beberapa pasta gigi terhadap Streptococcus mutans. Maj. Kes. Gigi Indonesia. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. 1995;1(06):11.

5. Dental Caries. Wikipdia, the free encyclopedia. Available at: http://upload_wikimedia_org-wikipedia-commons-thumb-4-4d-Streptococcus_mutans_Gram_jpg-200px-Streptococcus_mutans_Gram_jpg_files. Accessed September 23, 2007.


6. Nugraha, AW. Streptococcu mutans, si plak dimana-mana. Available at: http://Streptococcus-mutans_31.pdf. Accessed April 22, 2008.

7. Brook, GF. Batel, JS. Morse, SA. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika; 2001. pp.328-9.

8. Cendawan merah Ganoderma lucidum. Available at: http://sureco.forumwise.com/sureco-post-4.html#4. Accessed: May, 4. 2008.

9. Ganoderma. Available at: http://www.energenenaturals.com/research.php. Accessed: april, 22. 2008.

10. About Ganoderma lucidum. Available at: http://www.reishirescue.com/index.cfm?fuseaction=Articlelist&SectionID=1. Accessed: April, 12. 2008.

11. Lucy. I love mushrooms. Availabe at: http://lorantifholia.blogspot.com/i-love-mushroom.html. Accessed June 13, 2007.

12. Roberts L. Australian Ganoderma: identification, growth & antibacterial properties. Available at: http://de.scientificcommons.org/lyndalroberts%40gmail.com. Accessed: May, 14. 2008.

13. Ganoderma lucidum. Available at: http://www.ganoderma.online.com/ganoderma-articles.html. Accessed: Jun, 13. 2007

14. Apa itu Ganoderma? Available at: http://bp3_blogger_com-_R7ZhZJ1Vnv4-Rnn7ftjSRwI-AAAAAAAAAL0-Yts-8CltZBc-s320-ReishiMushroom-thumb_gif.mht. Accessed: May, 4. 2008.

15. Yihuai G, Shuifeng Z, Min H, Anlong X. Antibacterial and antiviral value of the genus Ganoderma P. Karst species (Aphyllophoromycetideae): a review. Inter.J. Medic.Mush. 2004: vol: 5; No.10; p. 13-20.

16. The use of Ganoderma lucidum in the management of histamine-mediated allergic responses. Available at: http://www.findarticle.com/p/articles/mi_m0ISW/is_274. Accessed: May, 26. 2008.

17. Robles-Hernández L, González-Franco AC, and Chun WWC. Growth Conditions and Biological Activities of Ganoderma lucidum and Laetiporus sulphureus. Available at:http://www.univ.autonoma- Chiahuahua/Idaho/growth_ganoderma.mhtml. Accessed: May, 26. 2008.

18. Ron Teeguarden - Ultimate Source of Chinese Tonic Herbs. Available at: http://www.yahwesakiveandwell.com/herbal-ingredients/more-information.html. Accessed: May, 26. 2008.

19. Jamur kayu. Available at: http://www.tanaman-obat-indonesia/jamur_kayu.html. Accessed: May, 1. 2008.

20. Minasari. Peranan saliva dalam rongga mulut. Maj. Ked.Gigi USU. 1999;4(2):33-8.

21. Gultom FP. Sifat bakteriostatik peroksidas di dalam liur. Jurnal Kedokteran Gigi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. 1993: p; 11-3.

22. Tarigan R. Karies gigi. Jakarta: Hipokrates; 1990. p. 22-3.

23. Mengatasi bau mulut. Available at: http://www.balipost.co.id/BALIPOSTCETAK/2346.htm. Accessed October 16, 2007.


24. Ganoderma lucidum – a short summary of the 4th International Conference on Medicinal Mushroom. Available at: http://www.arspharmae.com/articles.php?lng=en&pg=104. Accessed April 22, 2008.


25. Sheena N, Ajith TA, Mathew A, Janardhanan K. Anibacterial activity of three macrofungi, Ganoderma lucidum, Navesporus floccose and Phelinus rimosus occurring in South India. Pharmaceutical biology. 2003: vol: 41; No.8; p.564-7.

26. Ganoderma lucidum – Reishi. About wildrose college. Available at: http://www.wrc.net/wrcnet_content/herbalresources/materiamedica/reishi.html. Accessed April 12, 2008.

Tidak ada komentar: